Antitesis Jadi Bumerang, Anies Makin Merosot Akibat Kepuasan Terhadap Jokowi Naik
G
anjar masih konsisten sebagai sebagai bakal calon presiden 2024 dengan angka elektabilitas tertinggi. Kebalikannya, elektabilitas Anies malah merosot cukup tajam.
Sementara itu, elektabilitas Prabowo terus meningkat, meski secara persentase masih belum bisa melampui elektabilitas Anies.
Berdasarkan survei dari Indikator Politik Indonesia yang berlangsung 1-6 Desember, Anies meraih elektabilitas 35,8 persen, meningkat 1,9 persen dibandingkan survei yang sama pada November 2022 yang berada di angka 33,9 persen.
Anies memperoleh elektabilitas 28,3 persen, turun cukup drastis yaitu sebesar 3,9 persen. Pada November 2022 lalu, elektabilitas Anies lebih baik yaitu 32,2 persen.
Prabowo meraih angka 26,7 persen, meningkat 2,8 persen dibandingkan survei November 2022.
Ternyata ada hal yang menarik dari survei ini, elektabilitas ketiga tokoh di atas dipengaruhi oleh tingkat kepuasan publik atau aproval rating atas kinerja Jokowi.
Elektabilitas Ganjar dan Prabowo ikut meningkat jika terjadi peningkatan kepuasan publik pada Jokowi. Begitu juga sebaliknya, elektabilitas Anies turun jika tingkat kepuasan publik pada Jokowi meningkat.
“Tapi ketika elektabilitas Anies meningkat itu terjadi ketika approval Presiden turun, di bulan November approval Presiden drop dari 70 ke 66, elektabilitas Anies meningkat,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi.
Hasil ini seperti ingin membuktikan pandangan publik bahwa Anies adalah sosok yang antitesis Jokowi. Pasti kalian tidak akan lupa dengan pernyataan Zulfan Lindan yang menganggap Anies adalah antitesis Jokowi.
“Ada benarnya di sini, karena ketika approval Presiden naik, (elektabilitas) Anies tertekan,” kata dia.
Survei Indikator Politik Indonesia juga menunjukan kepuasan publik pada Jokowi mencapai 71,3 persen, hanya ada 27,1 persen publik yang tidak puas atau sangat tidak puas dengan hasil kerja Jokowi.
Ini adalah contoh antitesis yang menjadi bumerang buat Anies. Sebenarnya dari awal, banyak yang sudah tahu kalau Anies adalah sosok yang berseberangan dengan pemerintah pusat. Ini terlihat jelas selama lima tahun dia menjabat sebagai gubernur DKI.
Nasdem, saat memutuskan mengusung Anies sebagai capres, kemungkinan berusaha memoles Anies sebagai sosok yang nasionalis, yang bukan bapak politik identitas. Nasdem juga sebenarnya tidak berniat membenturkan Anies dengan Jokowi. Ini terlihat dari statement memelas yang mana Jokowi diharapkan memberikan dukungan politik kepada Anies.
Tapi sayang, Zulfan Lindan bikin blunder mengatakan Anies antitesis Jokowi. Ini yang dianggap sebagai faktor dinonaktifkannya dirinya. Anies semakin sah dicap sebagai sosok berlawanan dengan Jokowi. Rencana Nasdem buyar semua. Nasdem juga ikut kecipratan sialnya.
Akibat urusan antitesis ini, Nasdem dianggap juga antitesis Jokowi. Menterinya didesak di-reshuffle. Nasdem didesak bersikap gentleman menarik semua menterinya. Nasdem diminta tahu diri dan keluar dari gerbong pemerintah. Nasdem bahkan diplesetkan namanya menjadi Nasdrun. Nasdem yang awalnya nasionalis akhirnya terkucilkan dan seolah jadi musuh. Semua akibat narasi antitesis ini.
Sehingga ketika Jokowi dianggap memuaskan kinerjanya, Anies akan kena getah sialnya. Dan kita tahu, kepuasan Jokowi selalu di angka yang bagus dan memuaskan.
Makanya banyak yang kepanasan dan berusaha mendowngrade pemerintah agar terlihat buruk di mata publik. Jika rakyat percaya dan yakin pemerintah bobrok, maka Anies akan mendapatkan keuntungan. Kepuasan rakyat terhadap Jokowi adalah momok mengerikan bagi Anies, apalagi Nasdem.
Nasdem seolah tidak dapat apa pun dari kepopuleran Anies. Anies tidak berikan keuntungan apa pun buat Nasdem.
Ke depan akan ada perang opini yang makin barbar dan brutal dari kelompok seberang. Kebanyakan akan lebih fokus menyerang Jokowi. Karena itulah spesialisasi mereka. Menang dengan cara menjatuhkan lawannya, bukan meningkatkan kualitas dan prestasi pribadi. Lebih mudah menjatuhkan lawan ketimbang repot-repot memoles diri sendiri.
Anies kalau terus konsisten turun elektabilitasnya, maka ini kabar baik. Nasdem, ah sudahlah, partai ini sepertinya tidak akan ada harapan. Masa depan partai ini gelap gulita seperti di ruang bawah tanah tanpa lampu sedikitpun. Yang penting, jangan sampai negara ini jatuh ke tangan kelompok sebelah yang terlalu haus kekuasaan.
Bagaimana menurut Anda?