Keterlambatan Penerbangan Timbulkan Efek Domino, Kemenag Tekankan Maskapai Harus Kooperatif
Jatimcenter.com – Peristiwa keterlambatan penerbangan masih sering dijumpai meski telah memasuki hari ke-13 keberangkatan jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi. Penerbangan yang terlambat tersebut terjadi pada Garuda Indonesia serta Saudia Airlines.
Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kementerian Agama (Kemenag), Saiful Mujab menekankan kepada pihak maskapai penerbangan untuk serius dalam memperhatikan kenyamanan jemaah haji.
Hal tersebut tentunya harus ditunjukkan dengan sikap yang lebih informatif serta kooperatif.
“Maskapai, baik Saudia Airlines maupun Garuda Indonesia, harus lebih kooperatif dalam menginformasikan setiap perubahan atau keterlambatan penerbangan. Maskapai juga harus lebih solutif,” ungkap Saiful Mujab dikutip dari laman resmi Kemenag, Senin, 5 Juni 2023.
Tingkat perubahan serta keberangkatan jadwal penebangan pada jemaah haji Indonesia di tahun 2023 terbilang cukup tinggi. Tercatat telah terjadi sebanyak 15 keterlambatan ataupun perubahan jadwal.
Padahal, saat ini terhitung masih dalam tahapan pemberangkatan gelombang pertama yang berlangsung dari 24 Mei hingga 7 Juni 2023.
“Masing-masing maskapai yang menempatkan perwakilannya di asrama haji, tidak hanya untuk menyiapkan jadwal, namun juga untuk menjelaskan dan meminta maaf ke jemaah bila ada perubahan jadwal penerbangan. Sebab, jadwal yang disepakati sebelumnya sudah disosialisasikan,” jelasnya.
“Saya minta hal ini menjadi perhatian serius bagi pihak maskapai agar keterlambatan tidak terus terjadi. Apa yang menjadi kesepakatan kontrak harus dipenuhi,” Sambungnya.
Saiful Mujab juga memberikan peringatan kepada maskapai perubahan jadwal penerbangan untuk melihat efek domino yang terjadi dan berujung mengganggu pemenuhan layanan pada jemaah haji.
Selain itu, hal tersebut juga akan berkaitan dengan masa tinggal jemaah, kapasitas serta rotasi jamaah di asrama haji. Terlebih layanan di Arab Saudi telah dikontrak untuk memberikan pelayanan jamaah haji sesuai jadwal menjadi tidak efisien.
“Kami harap potensi perubahan jadwal bisa diminimalisir. Jika ada perubahan jadwal, dalam kontrak sudah disebutkan bahwa pemberitahuan minimal 2×24 jam sebelum keberangkatan. Jangan mendadak atau bahkan baru diberitahukan setelah terjadi,” tuturnya.
“Saya minta komitmen maskapai, baik Saudia Airlines maupun Garuda Indonesia, terhadap kesepakatan yang sudah tertuang dalam kontrak,” imbuhnya.